Tampilkan postingan dengan label Belajar Tani. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Belajar Tani. Tampilkan semua postingan

Kamis, 01 Januari 2015

Selamat Tahun Baru 2015


Di awal pagi ini Kami ingin menyapa Konco taniku dengan berbagi pengalaman mengenai tanman golden melon apollo

Untuk mengawali Tahun baru ini Kami ingin berbagi pengalaman tentang Fungisida pengendali jamur pada tanaman pangan dan tanaman Hortikultura Seperti melon golden Apollo.
Pengendalian penyakit tanaman dari golongan cendawan atau jamur dengan menggunakan fungsida hingga saat ini masih banyak menemuai kendala.Faktor-faktor penghambat yang menyebabkan gagalnya pengendalian seperti
1.    cuaca,
2.    kelembabpan dan
3.    resistensi
ke tiga faktor merupakan yang sulit di hindari.
Mikocide yang merupakan jenis fungisida dari golongan botanik mampu mengontrol ke tiga faktor penghambat diatas yang tak di miliki oleh fungisida lain.Yang membedakan mikocide 70 wsc dengan fungisida lain adalah toksisitasnya,mikocide sangat fitotoksik atau meracuni tanaman apabila kelebihan dosis dalam aplikasi.
Ciri khas mikocide 70 wsc adalah sifatnya yang hangat atau panas,sehingga sangat cocok di pakai di dataran tinggi,sperti di ketauhi dataran tinggi selain kelembapannya yg tinggi udaranya huga dingin sehingga cendawan atau jamur lebih berkembang biak dengan cepat.Sifat panas yg di miliki mikocide dapat mengurangi faktor-faktor diatas sehingga suhu lingkungan tanaman dapat terkontrol dan cendawanpun dapat terkendali.Selain sangat cocok di dataran tinggi mikocide juga sangat baik di pakai di daerah yang sering berkabut dan di dataran rendah.

     Cendawan yang dapat di kendalikan antara lain busuk daun pythoptora,busuk pangkal batang,pathek yang membandel,busuk daun cercospora,embun tepung,bercak ungu ( trortol) blast,bercak daun bakteri di padi,embun bulu di melon dan semangka,moler/ngoser di bawang merah



     Dosis aturan pakai : 1-2 ml / lt air
     Bahan aktif : sitrogenol 70 g / lt
     Keunggulan mikocide 70 wsc :

1.Racun bekerja secara kontak dan sistemik
2.Bersifat panas
3.Ramah lingkungan dan non residu
4.Dosis aplikasi rendah dan hemat pemakaian.
5.Tidak menyebabkan cendawan jadi kebal atau resistan meskipun di pakai terus-menerus.
6.Mendukung sistem pertanian organik.
7. Meminialisir penggunaan bahan yang tak dapat di perbaharui.
8.Dapat di gunakan secara preventif maupun kuratif.

read more “Selamat Tahun Baru 2015”

Selasa, 26 Agustus 2014

Mengatasi layu pada Tanaman Melon

layu bakteri
kita kenali dulu penyebab nya
Kelayuan pada tanaman terutama pada bagian daun, tunas atau tanaman secara keseluruhan, dapat disebabkan karena hilangnya turgor pada bagian-bagian tersebut.  Hilangnya turgor tersebut dapat disebabkan karena adanya gangguan di dalam berkas pembuluh/pengangkutan atau adanya kerusakan pada susunan akar, yang menyebabkan tidak seimbangnya penguapan dengan pengangkutan air.  Penyakit layu (wilt disease) pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik yaitu bakteri sehingga disebut layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) atau oleh jamur/cendawan yang disebut penyakit layu Fusarium (Fusarium oxysporum).  Selain karena penyakit biotik, kelayuan pada tanaman juga dapat disebabkan karena faktor abiotik (kekurangan air).  Pengenalan gejala kelayuan pada tanaman dan ciri-ciri khususnya harus diketahui para petani, supaya dalam pengendaliannya menjadi lebih efektif dan efisien.  Berikut adalah karakteristik/ciri-ciri gejala kelayuan pada tanaman, penyebabnya dan cara menanganinya.

1.  Layu tanaman karena kekurangan air

Kalau sebelumnya tanaman kelihatan segar, tetapi pada siang atau sore hari, tanaman tersebut menjadi layu, Anda bisa menyiramkan satu atau tiga  gayung air ke tanaman tersebut, kalau memang tanaman tersebut kekurangan air, maka setelah disiram dengan air tanaman tersebut biasanya akan segar kembali.  Kelayuan seperti ini bukan karena  faktor biotik (patogenik). Layu pada tanaman yang disebabkan oleh patogenik (jamur/bakteri), walaupun disiram dengan air yang banyak sekalipun, biasanya tanaman tersebut tetap layu dan tidak akan segar kembali.

2. Layu karena bakteri (Pseudomonas solanacearum)

Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu bakteri penyebab layu bakteri atau penyakit lender  pada tanaman. Karakteristik  bakteri ini adalah:
1.    Selnya berbentuk batang dan bergerak dengan satu flagel
2.    Bakteri ini dapat bertahan di dalam tanah dan dapat cepat berkembang biak pada keadaan tanah yang lembab,
3.    Bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar tanaman melalui luka-luka karena pemindahan bibit, ketika pembumbunan, luka karena gigitan serangga, luka karena tusukan nematoda, dan ternyata bakteri ini juga dapat menginfeksi tanaman melalui luka-luka pada daun.
4.    Tanaman yang diserang antara lain: kentang, tomat, pisang, cabai, terung dan lebih dari 140 jenis tanaman terutama yang termasuk dalam keluarga Solanaceae.
5.    Patogen ini menyerang jaringan pengangkutan air sehingga mengganggu transportasi air tanaman inang, akibatnya kelihatan tanaman menjadi layu, menguning dan kerdil, dan biasanya dalam beberapa hari tanaman akan mati.
6.    Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat melarutkan dinding sel akar dan dapat menyebabkan perubahan warna pada jaringan pengangkutan yang dapat dilihat jika batang dipotong (melintang) atau dibelah.  Gejala penyakit layu bakteri pada tomat dan tembakau ditandai dengan perubahan warna pada bagian berkas pembuluhnya biasanya menjadi berwarna coklat dan perubahan warna ini dapat meluas sampai ke tulang daun bahkan sampai ke empulur.   dan akar tanaman yang sakit berwarna coklat.
7.    Umumnya pertama kali gejala terlihat pada tanaman yang berumur kurang lebih 6 minggu.  Gejala yang terlihat adalah daun-daun layu, biasanya dimulai dari daun-daun muda (ujung).  Terkadang kelayuan tidak terjadi dengan tiba-tiba, bahkan terjadi kelayuan sepihak, pada bagian yang layu daging daun diantara tulang-tulang daun atau di tepi daun menguning, kemudian mengering dan akhirnya seluruh daun layu dan tanaman menjadi mati.
8.    Bila batang tanaman yang sakit dipotong dan potongan tersebut  dimasukkan ke dalam gelas/wadah berisi air, yang jernih, kemudian dibiarkan beberapa lama, akan keluar eksudat (cairan berwarna putih kotor) yang berisi jutaan bakteri.

Cara menangani penyakit layu karena bakteri ini antara lain:

1.    Penggunaan bibit yang sehat.  Bibit yang sakit tidak boleh digunakan, karena penggunaan bibit yang sakit dapat meningkatkan kematian tanaman lebih dari 30%
2.    Desinfeksi air siraman. Bakteri ini dapat terbawa oleh air siraman, sehingga sebaiknya air siraman yang digunakan didesinfeksi dengan Kalium permanga-nat lebih kurang 50 gram per 1 m3 air
3.    Pergiliran tanaman. Mengusahakan agar selama tidak ditanami, lahan tidak ditumbuhi oleh tanaman yang rentan penyakit ini. Penggunaan tanaman yang tidak rentan seperti Mimosa invisa cukup efektif dalam menangani penyakit ini, karena penanaman Mimosa invisa dalam jangka waktu tertentu (selama 1 tahun sebelum tanaman pokok), dapat memak-sa bakteri hidup pada di luar tanaman inang, sehingga bakteri akan mati atau menjadi lemah.  Selain itu Mimosa invisa ini dapat memperbaiki struktur tanah dan menjadi sumber nitrogen.
4.    Penggarapan tanah. Dengan mengadakan penggarapan tanah yang baik, tepat dan intensif
5.    Pemupukan. Percobaan-percobaan yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa pemupukan dengan superfosfat tunggal (enkelsuperfosfat, ESP) dapat mengurangi penyakit layu ini.  Diduga karena kandungan kalsiumfosfat yang tinggi dalam pupuk tersebut.
6.    Sterilisasi tanah pembibitan.  Tanah pembibitan dapat disterilisasi dengan cara dipanaskan dengan uap panas dari ketel-ketel yang dipanaskan.  Uap panas dapat dimasukkan ke dalam tanah melalui susunan pipa seperti garpu, dengan uap panas ini, suhu tanah dapat mencapai 950C, sehingga tanah dapat terbebas dari Pseudomonas solanacearum selama 3-4 tahun, namun sterilisasi ini mempunyai efek samping yang kurang baik dan juga biayanya sangat mahal sehingg hasilnya tidak selalu memuaskan, sejak tahun 1970-an sterilisasi tanah pembibitan ini tidak dilaksanakan lagi.

3.  Layu karena jamur/fungi
Fusarium oxysporum merupakan salah satu jenis jamur/fungi yang dapat menyebabkan layu pada tanaman.

Karakteristik  jamur ini adalah:
1.    Fusarium oxysporum menghasilkan spora untuk berkembangbiak. Sporanya ada dua macam, yaitu mikrokonidia dan makrokonidia. Mikrokonidianya bersel satu, tidak berwarna, bentuk lonjong atau bulat telur. Makrokonidianya berbentuk bulat sabit, tidak berwarna, bersekat dua atau tiga. Biasanya di bagian pangkal batang bawah akan terlihat miselium jamur berwarna putih, dan jika Anda kerik sedikit, kemudian Anda amati dibawah mikroskop, terlihat mikrokonidia atau makrokonidianya seperti gambar di bawah ini.
2.    Tanaman yang biasa diserang adalah tomat, cabai, ketimun dan lain-lain
3.    Cendawan biasanya menyerang bagian akar dan batang tanaman, mengakibatkan rusaknya terhambatnya pembuluh kayu, hal ini akan mengganggu pengangkutan air sehingga mengakibatkan kelayuan secara keseluruhan pada tanaman.
4.    Toksin dan enzim yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengganggu fermeabilitas membran plasma sel tanaman dan merusak dinding sel pembuluh kayu akibatnya fungsi pembuluh kayu menjadi terganggu.
5.    Cendawan ini merupakan patogen tanah (soil inhabitant), dan dapat bertahan hidup dalam tanah lebih dari 10 tahun tanpa tanaman inang, dalam bentuk klamidospora.  Tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini
6.    Cendawan masuk ke dalam jaringan akar atau batang melalui luka-luka karena pemindahan bibit, karena pembumbunan atau luka karena serangga atau nematoda, selain itu juga dapat masuk melalui ujung akar. Jamur berkembang sebentar dalam jaringan parenkim, lalu menetap dan berkembang dalam berkas pembuluh.
7.    Cendawan dapat disebarkan oleh percikan-percikan air hujan, air irigasi yang membawa tanah terinfeksi dan benih terinfeksi

Cara menanganinya antara lain:
1.    Penanaman varietas tahan. Contohnya untuk tanaman tomat, bisa menggunakan viarietas tomat yang tahan layu fusarium yaitu Ohio MR 9 dan Walter
2.    Pemakaian fungisida.  Menurut hasil percobaan pencelupan akar ke dalam Benomil 1000 ppm memberikan hasil yang baik, asal fungisida tersebut diberikan sebelum terjadi infeksi.
3.    Mencegah infeksi tanah.  Karena tanah yang sudah terinfeksi sukar dibebaskan dari Fusarium, usaha higieni sangat penting.  Alat pertanian yang habis dipakai di lahan yang terinfeksi dapat didesinfeksi dengan formalin 5%.  Diusahakan agar tidak menanam bibit (beserta tanah) dari persemaian yang terinfeksi. Selain itu tidak menanam benih (biji) yang diambil dari buah yang sakit.
4.    Perlakuan tanah.  Untuk membebaskan tanaj dari Fusarium dapat dilakukan perlakuan tanah (soil treatment), misalnya dengan uap panas atau fumigasi dengan metilbromida, kloropikrin, atau metamnatrium (metham-sodium).
5.    Mengendalikan populasi nematoda.  Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat membantu infeksi bahkan dapat mengurangi ketahanan varietas tahan, sehingga populasinya di tanah perlu dikendalikan. Selain itu nematoda  Xiphinema sp, Longidorus sp merupakan nematoda ektoparasit yang hidup  di dalam tanah dan hanya mengisap cairan tanaman dengan stiletnya yang dimasukkan ke dalam akar, akar yang terluka karena tusukan stilet nematode ini dapat menjadi jalan masuknya Fusarium ke dalam akar.

 semoga manfaat
read more “Mengatasi layu pada Tanaman Melon”

Kamis, 07 Agustus 2014

Asam Humik untuk tanaman melon

asam humik
Asam humik (humic acid) adalah serbuk berwarna hitam dan larut sempurna bila di campur air atau di larutkan.
Barangkali ada yang belum kenal dengan humic acid, Humic acid atau asam humik adalah saripatinya pupuk organik atau kompos.

Adapun manfaat dari humic acid atau asam humik adalah:

ZAT PERANGSANG TUMBUH TANAMAN (PLANT GROWTH STIMULATOR)

a. Meningkatkan energi sel & intensifikasi metabolisme tanaman.

Merangsang pertumbuhan akar tanaman dan tunas baru, serta mempercepat pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Mempercepat perkecambahan dan petumbuhan benih.
Meningkatkan kandungan gula, vitamin pada tanaman.
Meningkatkan kandungan klorofil pada daun tanaman.
Meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kondisi lingkungan yang tidak mendukung.
b. Meningkatkan daya serap (permebabilitas) dinding sel tanaman.

Mempercepat pernafasan (respirasi) tanaman.
Mempercepat proses penyerapan nutrisi serta unsur hara lainnya yang dibutuhkan tanaman.
Mempercepat penyerapan air.

PEMBENAH TANAH (SOIL CONDITIONER)

Meningkatkan masukan (uptake) nutrisi melalui konversi hara menjadi bentuk tersedia.
Mengikat dan mengatur pelepasan hara (slow release) sesuai kebutuhan tanaman sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk dan mengurangi kehilangan hara karena terlarut atau menguap.
Memperbaiki struktur tanah secara fisika maupun kimia (kegemburan, pH, pengikatan air dan kelembababan, sifat koloid, katalis organik, dsb.) sehingga mampu menopang pertumbuhan tanaman dengan baik.
Menstimulasi peningkatan aktivitas mikrobiologi tanah yang menguntungkan bagi pertumbuhan akar tanaman.
Mengikat logam berat (meng-khelat) serta zat radioaktif lainnya, kemudian mengedap sehingga mengurangi keracunan tanah.
Meng-khelat Al dan Fe sehingga meningkatkan ketersediaan fosfor. Mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida.
Sifat-sifat humic acid atau asam humik adalah:

Memiliki nilai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi
Mempunyai kemampuan membentuk ikatan kompleks dengan ion logam.
Relatif resisten terhadap degradasi mikroba.
Memiliki struktur yang kompleks dengan bobot molekul yang sangat tinggi.
Cara penggunaannya juga sangat mudah tinggal mencampur 100 gr asam humik dengan 100 liter air lalu kocorkan pada lubang tanam dengan volume 200 ml (1 gelas aqua)/ lubang pada tanaman semusim (tomat, cabe, terong, semangka, melon dll) dan 1000 ml/ lubang pada tanaman tahunan (durian, nangka, kelengkeng, jambu dll...

Gerbang pertanian
Note3



Gerbang pert
read more “Asam Humik untuk tanaman melon”

Senin, 20 Januari 2014

TANAMAN MELON KERITING VIRUS

Tanaman melon terbilang tanaman hortikultura yang sangat rentan akan serangan hama penyakit. Terutama penyakit yang di sebabkan oleh bakteri dan cendawan ( jamur ).Kedua penyakit ini sangat cepat penyebaran dan infeksinya.
Penyakit utama tanama melon pada fase vegetatif ( 5 - 20 hst ) adalah kriting atau puret atau jebug ( istilah di jatim ) tanaman yang terserang pada fase ini bisa di pastikan produksinya akan gagal karena tanaman tidak bisa berkembang dan tumbuh dengan baik.

     Ciri tanaman yang yang terserang kriting adalah daun muda dari pucuk hingga 3 daun ke bawah keriting,batang berbulu,daun menjadi keras bila di remas akan brbunyi krepek,daun menciut dan cenderung menggulung kedalam, warna daun pucat.akar tanaman bila di cabut berwarna coklat dan agak keriting.

Penyebab penyakit ini bisa karena di sebabkan oleh serangan nematoda yang bersamaan dengan serangan thrip dan kutu kebul,trips dan kutu kebul vektor virus keriting. Ketidak seimbangan pemakaian pupuk buatan
dan pupuk kandang ( kompos ) sangat mempengaruhi serangan penyakit ini di samping PH tanah.Pemakaian pupuk buatan yang cenderung lebih besar atau lebih banyak akan mempercepat dan mempermudah tanaman terserang penyakit ini.Pupuk kandang yang di berikan sebagai pupuk dasar sebaiknya yang sudah jadi ( matang)kompos

karena pupuk yang masih mentah masih banyak mengandung bibit penyakit ( patogen ).



     Pengendalian :

1. Pengocoran ( penyiraman )
Pengendalian cukup di pilih tanaman yang sakit dengan mengocor / menyiram menggunakan BASMILAT 80 EC. sehari kemudian di lanjutkan pengocoran dengan menggunakan VITA+ DAN AGROPHOS. Dosis yang di gunakan 30 ml basmilat per ember ,vita + 30 ml per ember 10 lt, agropos 20 ml ? ember 10 lt. Pengocoran vita + dan agropos 3 hari sekali sebanyak 4 kali berturut turut atau 8 hari dg 4 kali pengocoran

============ :
2. Penyemprotan
Penyemprotan di butuhkan untuk mempercepat proses pemulihan tanaman yang sakit,
atau pengobatan dari luar.Untuk penyemprotan menggunakan insektisida BIAGRO 60 EC atau menggunakan insektisida berbahan aktif abamectin. Pada waktu aplikasi untuk menghemat tenaga dapat di campurkan atau di mix dengan AGROPOS DAN MGP serta GIBRACO,
Dosis penyemprotan pertangki 14 lt ; agropos 30 ml, MGP 30 ml dan GIBRACO 3-5 ml.
penyemprotan untuk mengendalikan dan memulihkan sebaiknya 3 kali dg interval 3 hari sekali.


Sumber : http://fungisidaorganik.blogspot.com/2013/03/mengatasi-puret-kriting-pada-tanaman.html
read more “TANAMAN MELON KERITING VIRUS”

Kamis, 16 Januari 2014

Mengatasi Jagung Bulai

”Cara efektif untuk mencegah terjadinya serangan penyakit bulai adalah penggunaan varietas tahan, pemusnahan tanaman terinfeksi, tanam serempak, pergiliran tanaman, serta pencegahan dengan fungisida yang tepat,” jelas Murdiyanto, Manager Fungicide Products Crop Protection PT BASF Indonesia.

BASF melalui penelitian yang akurat, telah menemukan solusi tepat pencegahan penyakit bulai dengan fungisida Acrobat. Hal tersebut sudah dibuktikan sendiri oleh banyak petani di sentra produksi jagung. Dewasa ini BASF meluncurkan paket kombinasi handal untuk atasi bulai dan sehatkan tanaman jagung yakni, Acrobat + Regent Red.

”Teknologi perlakuan benih Acrobat + Regent Red menjadi solusi yang tepat bagi petani untuk mengatasi problem penyakit bulai dan menjadikan tanaman lebih sehat, asalkan komposisi dan cara pencampurannya sesuai dengan yang dianjurkan BASF,” tutur Murdiyanto. Hal tersebut diamini Samsul, petani jagung di Desa Butuh, Kec. Keras, Kediri. Alasannya, hasil coba-coba petani dengan produk fungisida lain tidak sebaik kombinasi Acrobat + Regent Red dalam mengatasi bulai.

Banyak keuntungan yang didapat petani dalam menggunakan Acrobat + Regent Red, yakni pengendalian penyakit bulai lebih efektif sehingga tanaman aman dari bulai dan panen bisa maksimal. Disamping itu dengan adanya Regent Red juga bisa memperbaiki pertumbuhan tanaman, perakaran lebih banyak, daunnya lebih lebat, lebih hijau, dan batangnya lebih kokoh.  Manfaat lain dapat mengatasi hama lalat bibit, orong-orong, dan semut merah.

Komposisi Harus Tepat

Pemanfaatan Acrobat + Regent Red sebagai perlakuan benih harus tepat dan dipastikan merata ke setiap benih jagung yang akan ditanam. Cara mencampurnya, siapkan lebih dulu gelas plastik yang diisi dengan air 10 ml, kemudian larutkan Acrobat 5 g, setelah merata masukkan Regent Red sebanyak 10 ml, aduk lagi hingga tercampur merata. Kemudian masukkan campuran tadi ke dalam kantong plastik pencampur benih yang telah terisi satu kilogram benih, kemudian dikocok sampai merata benar dan tidak ada sisa campuran yang melekat di plastik.

Untuk mendapatkan hasil maksimal, budidaya tanam yang baik juga harus dilakukan. Mulai dari pengolahan lahan yang baik, tanah dibajak sekali, lalu diratakan dan digaru, selanjutnya tanam benih yang telah diberi perlakuan Acrobat + Regent Red. Buat lubang tanam menggunakan tugal, dengan jarak tanam 20 cm x 70 cm. Selanjutnya pemupukan dilakukan pada umur 15 dan 40 hari setelah tanam, yaitu pupuk majemuk NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 75 kg, SP-36 sebanyak 75 kg, dan ZA 350 kg untuk satu musim tanam. Dengan cara tersebut petani akan memperoleh panen sekitar 8 ton pipilan kering per hektar.



read more “Mengatasi Jagung Bulai”

Kamis, 09 Januari 2014

Herbisida Sistemik

Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya.

Keistimewaannya, dapat mematikan tunas – tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu:
- Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif
- Cuaca cerah waktu menyemprot.
- Tidak menyemprot menjelang hujan.
- Keringkan areal yang akan disemprot.
- Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut.
- Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida Metsulfuron.

Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendali-kannya. Guna mengantisipasi kelemahan tersebut diatas adalah dengan mencampurkan dua herbisida (Akobundu, 1987). Pencampuran dua jenis herbisida telah dilakukan sejak lama dengan tujuan untuk memperluas spektrum pengendalian gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen.
Herbisida klomazon merupakan herbisida sistemik, diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini akan diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di daun. Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis.

Pencampuran dua jenis herbisida mem-buat makin bertambahnya efektifitas dan ekonomis dalam metode pengendalian gulma. Pencampuran kedua jenis herbisida ini akan memperlihatkan hubungan satu bahan dengan bahan yang lain yang dinamakan dengan in-teraksi . Ketika dua atau lebih bahan kimia terakumulasi di dalam tanaman, mereka mela-kukan interaksi dan respon ditunjukkan keluar menghasilkan reaksi yang berbeda ketika bahan kimia tersebut diberikan sendiri-sendiri. Interaksi ini bisa bersifat sinergi, adidtiv atau antagonis.
read more “Herbisida Sistemik”

Selasa, 08 Oktober 2013

Perawatan Cabe di musim Kemarau

Hujan sudah tidak lagi mengguyur. Beberapa wilayah dilanda kekeringan. Siang terasa udara sangat panas dan pengap, tetapi malam terasa amat dingin. Orang Jawa menyebutnya musim “BEDIDING”.  Disaat inilah bunga Kopi, Randu dan lain sebagainya sedang tumbuh berbunga.
Di sisi lain, kondisi tersebut mengisyaratkan saatnya perkembangan populasi hama aphid, thrip dan lain sebagainya dalam siklus puncak. Artinya populasi mereka memasuki masa perkembang biakan paling optimal.
 Apa yang harus kita lakukan?
Kongkritnya, manajemen perawatan cabe yang harus kita lakukan adalah 70% konsentrasi kita harus terfokus pada pengawalan serangan hama aphid, thrip dan sejenisnya, 15% fokus pada pengairan dan pengaturan ZPT, 10% pengawalan fungisida dan 5% lain-lain.

 Kenapa fokus utama pada pengawalan OPT Aphid, Thrip dan sejenisnya?
Serangan Patek/ Cacar Buah memang momok yang paling menakutkan, tetapi itu ada “momentnya” yaitu saat musim penghujan. Disaat cuaca seperti sekarang ini (kemarau di Bulan Juni 2012), yang menjadi momok utama adalah serangan hama thrips, aphid, kupu-kupuan dan sejenisnya yang berdampak pada penyebaran virus dan dapat berakibat gagal panen.

PT juga menjadi perhatian kita yang kedua, karena perbedaan suhu yang ekstrim antara siang dan malam, biasanya produksi hormon pertumbuhan (auksin, gribelin dan sitokinin) kurang dapat terproduksi secara maksimal, terlebih jika tanaman terserang aphid, thrip dan sejenisnya, juga ketersediaan air yang kurang mencukupi. Hal ini dapat kita bandingkan bagi mereka yang punya peternakan lele. Biasanya lele tidak dapat tumbuh besar atau perkembangnya cukup lambat jika terjadi perbedaan suhu yang cukup ekstrim antara siang dan malam.
  
 Bagaimana dengan fungisida?
Kutu Kebul
Saya cukup prihatin melihat petani dalam kondisi seperti sekarang ini, pengawalan fungisida seakan-akan masih menjadi perioritas utama. Fungisida tetap kita berikan karena air embun menjadikan kondisi lingkungan lembab, tetapi bukan setiap penyemprotan selalu kita berikan. Insyallah cukup dengan menggunakan fungisida “KONTAK” sudah cukup memadai dan durasinya satu minggu sekali. Perkecualian bagi wilayah yang setiap minggunya masih turun hujan.

Artikel ini ada kaitannya dengan “Cara Penyiraman di Musim Kemarau”, silahkan lacak di Blog ini.
Penggunaan insektisida/akarisida jangan monotun menggunakan satu jenis Bahan Aktiv, meskipun Anda fanatik terhadap obat tertentu. Gunakan berbagai jenis Bahan Aktiv (minimal 3) dan aplikasikan secara bergantian.


Cak
read more “Perawatan Cabe di musim Kemarau”

Jumat, 04 Oktober 2013

Efek Samping Fungisida Golongan Azol / Azole

Hanya ingin berbagi. Sejak tahun 2000-an penggunaan fungisida golongan azol, seperti score, anvile, topcore, folicur, opus, danvil, booster dan lain sebagainya mulai memasuki tanaman padi. Hal ini dipelopori oleh PT Sygenta yang mulai memperkenalkan Score 250 ec untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman padi (hawar pelepah helmintosporium, bercak daun cercospora dan bercak daun alternaria). Sejak itulah fungisida golongan azol yang tadinya diperuntukkan hanya untuk tanaman hortikultura akhirnya petani secara umum menggunakannya untuk mengendalikan penyakit pada tanaman padi. 

Sebenarnya fenomena penggunaan fungisida azol pada tanaman padi oleh petani bukan didasari oleh keinginan mengendalikan penyakit di pertanaman padi mereka. Para petani tertarik menggunakan fungisida ini karena efek samping yang ditimbulkan oleh fungisida azol ini. Biasanya setelah aplikasi fungisida azol dua kali yaitu saat tanaman padi berumur kurang lebih 45 hst dan 65 hst tanaman padi akan terlihat menguning (daun, pelepah, daun bendera dan bulir padinya). Hal inilah yang menjadi daya tarik oleh petani sehingga mereka menyebut fungisida ini sebagai booster padi (booster=alat yang biasa di untuk menjernihkan gambar pada TV).

Semenjak animo petani terbentuk untuk menggunakan fungisida azol pada tanaman padi maka berbondong-bondong perusahaan pestisida lain mengikuti langkah-langkah PT Sygenta ini. Perusahaan yang mengikutinya antara lain PT Bayer Cropscience (Folicur 25 WP[Tebuconazole], Folicur 250 EC[Tebuconazole], Bayleton 250 EC[Triadimefon]), Nufarm (Booster), Indagro (Top core), BASF (Opus), Dalzon (danvil) dll. Mereka berjuang memperebutkan pasar fungisida azol di tanaman padi.

Dari semua perusahaan tersebut semua mengunggulkan produknya masing-masing. Mereka mengeklaim kalo produknyalah yang paling mampu meningkatkan produksi paling tinggi untuk tanaman padi mereka. Yach namannya jualan obat, he he......

Kali ini yang akan saya bahas adalah bukan sejarah perkembangan fungisida azol melainkan efek samping fungisida tersebut pada pertumbuhan tanaman. Fungsi utama penggunaan fungisida azol pada tanaman adalah untuk mengendalikan penyakit pada tanaman tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri dari beberapa kali pengamatan lapangan hasil demplot beberapa produk fungisida azol tersebut ada semacam efek samping yang ditimbulkan pada pertumbuhannya. Yaitu bahwa fungisida golongan azol ini mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan akan mempercepat proses pertumbuhan generatif. Kesimpulan ini bisa saya ambil dari beberapa fenomena lapangan:

    Ketika Fungisida azol ini kita aplikasikan pada tanaman padi, padi akan mengeras batangnya, daun menguning termasuk daun bendera dan bulir juga cepat menguning.
    Ketika kita aplikasikan pada tanaman semangka muda (umur kurang lebih 1 minggu) tanaman akan berhenti tumbuh, daun kaku bahkan daun pucuk mengering.
    Jika kita aplikasikan pada tanaman kacang panjang atau mentimun saat awal pembungaan keluarnya bunga tanaman ini juga akan terpacu dan lebih serempak.

Karena fungisida ini mempunyai efek samping penghambatan fase pertumbuhan vegetatif tanaman dan merangsang pertumbuhan generatif tanaman maka sangat disarankan supaya tidak sembarangan mengaplikasi fungisida azol ini. Disarankan dalam mengaplikasikan fungisida azol ini sebaiknya menunggu saat tanaman memasuki pertumbuhan generatif (mulai berbunga).

Berdasarkan dari golongannya, Fungisida golongan Azole ada banyak bahan aktif :

1.    1,2,4-triazole
2.    1,2,4-Triazole-1-yl- acetic acid
3.    1-(2-(2-Chlorobenzyl)-2-hydroxy-3,3-dimethylbutyl)-1,2,4-triazole
4.    1-(4-phenyl phenoxy)-1-(1,2,4-triazole-1)-3,3-dimethyl butane-2-ol
5.    1-H-1,2,4-triazole-1-yl-acetic acid hydrochloride
6.    2-(2'-hydroxy-5-methyl phenyl)-benzotriazole
7.    4-(4-Chloro-2-cyano-1H-imidazol-5-yl)benzoic acid
8.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carbonitrile
9.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carboxamide (A metabolite of
10.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carboxylic acid
11.    Azaconazole
12.    Banrot (Terrazole with Thiophanate-methyl)
13.    Bitertanol
14.    Bromuconazole
15.    Bromuconazole 46
16.    Bromuconazole 47
17.    Cyazofamid
18.    Cyproconazole
19.    Difenoconazole --yang digunakan oleh Syngeta pada merek dagangnya Score 250 EC
20.    Diniconazole
21.    Econazole
22.    Econazole nitrate
23.    Etaconazole
24.    Fenapanil
25.    Fenbuconazole
26.    Fluotrimazole
27.    Fluquinconazole
28.    Flusilazole
29.    Flutriafol
30.    Furconazole
31.    Furconazole-cis
32.    Hexaconazole
33.    Imazalil
34.    Imazalil sulfate
35.    Imibenconazole
36.    Ipconazole
37.    Metconazole
38.    Metronidazole
39.    Myclobutanil
40.    Paclobutrazol
41.    Pefurazoate
42.    Penconazole
43.    Prochloraz
44.    Prochloraz - manganese complex (4:1)
45.    Prochloraz copper chloride complex
46.    Prochloraz zinc complex
47.    Propiconazole
48.    Propiconazole I
49.    Propiconazole II
50.    Prothioconazole
51.    R 23 979 Imazalil base
52.    Tebuconazole yang digunakan oleh Bayer Crop Science pada merek dagangnya Folicur 25 WP & Folicur 250 EC. Cara kerja Tebuconazole adalah dengan cara memblokir jalan untuk sintesis sterol. Hasil dari interfensi pada fungsi lapisan ini secara pasti akan menyebabkan kematian untuk jamur berbahaya.
53.    Terrazole
54.    Tetraconazole
55.    Thiadiazole copper
http://www.pesticideinfo.org/ChemGifs/PC34548.gifMaksud dan tujuan penulisan artikel ini bukan lain hanyalah supaya petani lebih hati-hati dan lebih bijaksana dalam penggunaan fungisida golongan azol pada tanaman mereka. Dan akhir kata semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Cak : _____________________________

read more “Efek Samping Fungisida Golongan Azol / Azole ”

Minggu, 14 Juli 2013

Pengendalian hama dan penyakit melon

Faktor Lingkungan.
• Pada musim hujan (kelembaban tinggi) intensitas serangan tinggi umumnya adalah jamur/cendawan.
• Pada musim kemarau intensitas serangan tinggi adalah hama. Adapun penyakit yang timbul adalah virus karena dibawa oleh vector/hama seperti Aphids, Thrip, Tungau dan kutu kebul,
• Kualitas air yang baik bersumber dari air tanah (sumur dangkal atau sumur dalam), kualitas air permukaan yang kurang baik bersumber dari selokan/kali buangan air limbah pertanian dan kualitas air yang buruk adalah selokan/kali tempat buang limbah rumah tangga.
• Tanaman yang sehat tumbuh pada tanah yang cocok dengan tektur pasir, liat, berlempung dan gembur (kaya kandungan bahan organic) -> media tanam dapat menyimpan nutrisi dan akar tanaman mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
• Berisiko tinggi menggunakan lahan yang sebelumnya bekas tanaman se family (Cucurbitacea) atau dengan tanaman dari family terung-terungan (Solanaceae) atau bersebelahan dengan lahan yang sedang diusahakan dengan jenis tanaman dari salah satu family di atas.
• Bersihkan tanaman liar/gulma di sekitar lahan yang dibudidayakan, karena pada umumnya dapat menjadi inang alternative bagi hama dan penyakit.
Tindakan dilokasi Usaha
• Tanaman melon adalah tanaman semusim dengan umur yang pendek/singkat (sekitar 2 bulan), sehingga gangguan pada setiap tahapan pertumbuhannya akan langsung berpengaruh terhadap hasil produksi.
• Untuk itu perlakuan pengendalian terhadap hama penyakit di fokuskan pada tindakan pencegahan dengan maksud tidak memberi kesempatan pada hama penyakit untuk masuk, tumbuh dan berkembang di area lahan yang diusahakan. Adapun tindakan penanggulangan adalah lolosnya serangan hama penyakit tertentu untuk segera ditangani.
• Tindakan pencegahan adalah memberi perlakuan pestisida secara rutin/terjadwal pada bagian atas tanaman dan pada bagian bawah tanaman (perakaran) dengan sasaran hama penyakit yang dominan menyerang tanaman melon.
• Bagian tanaman yang terserang (daun, buah, cabang) dirompes atau tanaman yang terserang dicabut dan dibuang ke tempat yang aman dari kemungkinan menular atau dibakar agar tidak menular ke tanaman yang lain.
• Hindari air yang menggenang di parit terlalu lama, maksimal air diganti/dibuang setiap 2 hari sekali untuk menghindari kelembaban yang tinggi di area perakaran dan udara di sekitar tanaman.
• Bersihkan tanaman liar/gulma (mis: rumput & perdu) disekitar area yang diusahakan/budidaya.
• Hujan turun dimasim kemarau atau hujan turun sebentar disiang hari harus segera disemprot dengan larutan fungisida keseluruh bagian tanaman dan tanah sekitar tanaman lalu kocor tanaman dengan larutan kapur dan fungisida.
• Terapkan pola pergiliran tanaman terutama dengan tanaman yang kondisi tanahnya anaerob (padi).
• Gunakan pupuk kandang/kompos yang sudah matang. Bilamana masih mentah akan mengundang hama penyakit.
• Tanaman yang sehat di beri nutrisi yang seimbang dan ketidak seimbangan nutrisi akan mengundang serangan penyakit.
• Gunakan jarak tanam yang dianjurkan untuk mendapatkan sirkulasi udara yang cukup, udara disekitar tanaman tidak lembab, tanaman/cukup cukup menerima sinar matahari dan diasumsikan tanaman cukup mendapatkan nutrisi.
• Bersihkan gulma di lahan yang dibudidayakan.
• Pada saat pemberian pupuk dasar gunakan kapur (kaptan atau dolomite) dengan dosis 2 - 4 ton per hektar untuk menaikkan pH tanah. Pada pH tanah normal membatasi pertumbuhan dan perkembangan cendawan dan bakteri tertentu.
• Atur jarak tanaman sesuai dengan yang dianjurkan, yaitu pada saat penanaman musim hujan jarak tanam lebih lebar dibandingkan pada saat musim kemarau, maksudnya memberikan ruang pergerakan udara disekitar tanaman lebih lancar untuk mengurangi kelembaban (udara yang lembab mengundang penyakit).
• Hindari penggunaan air dari selokan/kali/saluran irigasi untuk penyiraman daun, bahan pencampur pupuk/pestisida atau sebaiknya gunakan air tanah/sumur.
• Tidak menggunakan pupuk Nitrogen berlebihan, karena tanaman menjadi sukulen/getas yang mudah di dilukai oleh hama penyakit.
• Sebelum pengolahan tanah, seluruh bagian tanaman atau gulma dibuang dari lahan yang akan dijadikan kegiatan budidaya dan pada saat pengolahan tanah balikkan tanah yang dibawah ke atas atau sebaliknya serta buang/bersihkan sisa-sisa tanaman/tumbuhan/akar yang tertinggal.

I. Cara Pemakaian Pestisida


• Pemakaian pestisida dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
- Disemprot untuk mengendalikan hama penyakit yang menyerang dari mulai pangkal batang tanaman sampai ke pucuk tanaman.
- Di kocor untuk mengendalikan hama penyakit yang menyerang akar tanaman.
• Efektifnya penggunaan insektisida adalah langsung kena sasaran dan pada saat populasi hama relative banyak.
• Gunakan pestisida dengan kandungan bahan aktif yang sesuai dengan sasaran hama penyakit
• Penggunaan pupuk dan pestisida dapat dicampurkan/digabung untuk perlakuan penyemprotan/ pengecoran dengan cara :
- Sebelum melakukan penyemprotan/pengecoran siapkan dulu alat (ember, gelas cor, sprayer, pengaduk) dan bahan (pestisida, air).
- Volume pestisida dan air yang dicampurkan dan kemudian diaduk harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
- Sebaiknya larutan pestisida yang disemprotkan/dicor ke tanaman adalah 1 jenis insektisida atau fungisida saja, namun untuk pertimbangan efisiensi tenaga kerja dapat di campurkan.
- Pertama masukkan bahan yang berbentuk tepung/padat dan diaduk dengan air, selanjutnya masukkan bahan cair (pestisida) yang berbahan dasar bukan minyak (diaduk) dan terkhir adalah bahan cair (pestisida) berbahan dasar minyak (diaduk).
- Setelah bahan diaduk rata masukkan ke tangki semprot/sprayer.
• Sprayer harus layak pakai dengan hasil semprot larutan yang keluar berbentuk kabut.
• Waktu atau lamanya penyemprotan tidak terlalu cepat/terburu-buru atau sebaliknya lambat, dimana hasil yang diinginkan adalah seluruh tanaman tertutupi larutan pestisida.
• Bilamana penyemprotan terlalu cepat ada beberapa bagian tanaman terlewat ketutup larutan pestisida dan menjadi sasaran masuknya penyakit/ jamur/bakteri dan sebaliknya kelau lambat, maka yang terjadi adalah pemborosan.
• Pemakaian fungisida dilakukan 3 - 5 hari sekali pada kondisi lingkungan lembab dan basah, perlakuan 7 - 10 sekali pada kondisi lingkungan yang kelembabannya sedang dan kering. Penerapan pengulangan pemakaian jenis pestisida kontak - kontak - sistemik dengan memiliki cara kerja ganda dan tunggal serta berbahan aktif berbeda.

II. Jenis Insektisida dan Sasaran Hamanya.

• Serangan Tikus (memakan buah)
1. Sasaran adalah buah yang mulai menguning/masak dengan gejala buah bagian bawah rusak dan sisa buah tercecer ditanah.
2. Waktunya pada malam hari.
3. Pengendalaian,
- Tanaman liar di sekitar kebun dibersihkan.
- Parit digenangi air.
- Diberi umpan beracun.
• Serangan Siput/Bekicot (memakan batang tanaman muda) :
1. Sasaran adalah batang tanaman muda dengan gejala batang tanaman putus (seperti di potong)
2. Waktunya pada malam hari
3. Pengendalian,
- Ditebar sekam mentah di sekeliling lahan budidaya.
- Gunakan bahan kimia dengan merk dagang Metadek, Metocol dan Mesurol 50 WP.
• Serangan Thrips parvispinus (menghisap cairan tanaman).
1. Sasaran adalah daun tunas daun, bunga dan buah dengan gejala keriting dan tanaman menjadi kerdil.
2. Waktunya pada pagi dan sore hari. Disiang hari bersembunyi di celah-celah daun pucuk yang belum membuka.
3. Pengendalian,
- Pangkas daun yang terserang lalu musnahkan/dibakar.
- Semprot tanaman dengan beberapa insektisida, seperti Tetrin 30 EC, Kanon 400 EC, Actara 25 WG, Curracron 500 EC, Agrimec 18 EC, Supracide 40 EC.
• Serangan Kutu Daun/Aphis gossypii (menghisap cairan daun),
1. Sasaran adalah pucuk tanaman dengan gejala pucuk tanaman mejadi keriting.
2. Waktunya pada siang hari
3. Pengendalian,
- Pangkas daun yang terserang lalu musnahkan/dibakar.
- Semprot tanaman dengan beberapa insektisida, seperti Actara 20 WG, Curracron 500 EC. Supracide 40 EC, Tetrin 30 EC, Marshall 200 EC,
• Serangan Kumbang daun/Aulacophora sp./Oteng-oteng (pemakan daun),
1. Sasaran adalah jaringan perakaran sampai pangkal batang pada stadia larva dengan gejala tanaman menjadi layu dan pada stadia dewasa memakan daun dengan gejala bekas gigitan pada daun berbentuk lingkaran.
2. Waktunya pada siang hari.
3. Pengendalian,
- Penyemprotan dan pengecoran menggunakan beberapa insektisida, seperti Actara 3,5 gr/17 liter, Larvin 75 WP, Orthene 75 SP, Curacron 500 EC, Pegassus 500 EC, Supracide 40 EC, Trichtorphon dan Carbaryl.
• Ulat Daun Spodoptera litura/Palpita/ulat jengkal/ulat grayak
1. Sasaran adalah daun dengan gejala daun menggulung dan berlubang-lubang akhirnya meranggas.
2. Waktunya siang hari.
3. Pengendalian,
- Agrimec 5 ml/17 liter, Decis 2,5 EC, Matador 25 EC, Curacron 500 EC, Buldok 25 EC.
• Lalat Buah/Dacus sp./Bactrocera cucurbitae. (menghisap cairan buah)
1. Sasaran buah dari mulai pembentukan buah sampai buah matang dengan gejala timbul bercak bulat hitam bekas tusukan dan menyimpan telur, kemudian buah membusuk di dalam karena jamur ikut berkembang.
2. Waktu pada siang hari
3. Pengendalian,
- Buah yang terserang dimusnahkan/dibuang
- Bungkus buah dengan kertas/kantong plastic
- Gunakan bahan perangkap/atraktan (mis. Metyl eugenol) di oleskan di dalam bekas botol aqua yang dasarnya sudah dipotong.
- Semprotkan ke tanaman beberapa insektisida, seperti Supracide 40 EC, Curacron 500 EC,
• Ulat Buah Heliothis armigera -> Curracron 500 EC, Supracide 40 EC.
• Tungau/Tetranychus cinnabarinus/Hemitarsonemus latus. (menghisap cairan daun).
1. Sasaran adalah daun denga gejala daun melengkung dan terpelintir, berwarna kuning atau coklat. Bagian bawah daun berwarna abu-abu dengan jarring halus dan terdapat sekumpulan titik-titik berwarna kuning, oranye atau merah.
2. Waktu siang hari
3. Pengendalian,
- Mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
- Semprot tanaman dengan beberapa insektisida, seperti Mitisun 570 EC, Omite 570 EC, Antimit 570 EC, Samite 135 SC, Marshall 200 EC, Applaud 100 EC, Pegassus 500 SC, Oberon 240 SC. Dan kocor dengan akarisida Meothrin 50 EC, Mitac 200 EC.
• Serangan Nematoda/Melodogyne sp. (menghisap cairan akar).
1. Sasaran adalah bagian bawah tanaman (akar, pangkal batang) dengan gejala tanaman seluruhnya layu di siang hari dan pada pagi serta sore hari daun kembali segar, beberapa hari kemudian tanaman mati. Akar tanaman benjol/bengkak/berbintil. Bilamana tanaman dicabut pada pangkal batang/akar tanaman akan terlihat binatang kecil seperti cacing (pj 0,5 - 4 Mm) menempel atau berada dalam pangkal batang.
2. Waktu -
3. Pengendalian,
- Setelah penaburan/penebaran pupuk kandang/kompos seluruh bedengan ditabur dengan salah setu jenis fungisida berbahan aktif karbofuran (Furadan 3 G dan Curaterr 3 G), Natrium metam (Nupam 370 AS), Fenamifos (Nemacur 10 G) dan Rhocap 10 G.
- Campurkan dengan pupuk pada saat ngecor dan diseling dengan cara ditabur disekitar lubang tanam.

III. Jenis Fungisida dan Sasaran Penyakitnya (Jamur dan Bakteri)
• Embun Tepung (Erysiphe cichoracearum)
Gejala serangan : spora jamur yang disebarkan oleh angin dengan gejala terdapat bercak-bercak putih seperti tepung pada sisi bawah daun dan membesar menutupi daun. Pada bagian atas daun tampak bercak nekrosis kekuningan.
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Rubigan 120 EC, Bavistin 50 WP, Derosal 60 WP, Afugan 300 EC, Calixin 750 EC.

• Embun Bulu/Downy mildew/busuk daun/Pseudoperonospora Cubensis.
Gejala serangan : bercak-bercak warna kuning agak bersudut yang mengikuti tulang daun/dibatasi tulang daun dan akhirnya menjadi ke coklat-coklatan/mengering (dibalik daun terlihat spora berwarna kelabu)
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Dithane 80 DWG, Previcure-N, Anvil 50 EC, Manzate 200

• Bercak Daun (Cercospora spp.)
Gejala serangan : Bercak-bercak bulat kecil pada daun dengan warna dibagian dalam lingkaran selalu berbeda dengan tepi lingkaran, ditengah berwarna pucat sampai putih dan tepinya berwarna lebih tua. Bercak akan meluas hingga mencapai diameter 0,5 cm. Selain menyerang daun juga menyerang batang dan tangkai daun.
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Daconil 75 WP, Trineb 80 WP, Velimex 80 WP, Promaneb 80 WP, Bavistin 50 WP, Score 250 EC, Antracol 70 WP.

• Bercak Bakteri (Pseudomonas lachrymans)
Gejala serangan : Tampak bintik-bintik berwarna coklat ditengah dikelilingi lingkaran klorosis tidak beraturan, gejalanya dapat dilihat di permukaan daun sebelah atas. Di buah gejalanya ditandai adanya bercak coklat.
Pengendalian : Semprot tanaman dengan bakterisida (Agrept atau lainnya). Menekan perkembangan bakteri dengan beberapa fungisida -> Cupravit OB 21, Kocide 60 WDG, Trimiltox.

• Antraknose (Colletotrichum lagenarium)
Gejala serangan : Serangan pada daun berupa bercak bulat coklat muda selanjutnya menyatu dan menjadi coklat tua sampai hitam. Pada keadaan lembab cendawan membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran berwarna merah jambu. Pada buah terlihat bercak-bercak berbentuk coklat tua (spora merah jambu), fifik buah menjadi lunak dan membusuk
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fingisida, seperti Champion 77 WP, Funguran 80 WP, Benstar 50 Wp, Benlate, Bavistin 50 WP, Antracol 70 WP.
Catatan : Tidak boleh dicampur penggunaan fungisida berbahan aktif benomyl dengan fungisida berbahan aktif benzimidazole atau methylthiophanate/Topsin 500 F

• Busuk daun Phytophthora infestans dan buah Phytophthora spp.
Gejala serangan : Bercak-bercak kecil di tepi daun tidak beraturan berwarna coklat kemudian menyebar ke seluruh daun. Terlihat warna coklat kebasahan memanjang di batang dan paada buah ditandai bercak kebasahan coklat kehitaman, lunak dan akhirnya meluas menyebabkan buah membusuk.
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Previcure-N, Delsene MX 80 WP, Sandovan MZ, Vandozeb 80 WP.

• Keresek (Didymella sp.)
Gejala serangan : Daun "mengerupuk", cabang dan pangkal batang mengeluarkan lendir.
Pengendalian : Semprot tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Bavistin 50 WP, Champion 77 WP, Antracol 70 WP, Topsin 500 F.

• Layu tanaman karena cendawan Fusarium (Fusarium sp.)
Gejala Serangan :
- Pada saat persemaian bibit gagal muncul ke permukaan media tanam/mati, walaupun tumbuh akan terhambat/kerdil.
- Pada tanaman dewasa daun menjadi pucat dan daun layu secara bertahap dimulai dari bagian bawah tanaman ke atas dan akhirnya keseluruhan daun layu, mongering dan mati.
- Pada batang terdapat goresan (nekrotik) dan berwarna merah jambu dan bila batang dibelah tampak berwarna coklat..

Penyebab Serangan,
- Pemupukan N terlalu tinggi.
- PH tanah asam.
- Drainase kurang baik.

Pengendalian,
- Pemberian kapur pada saat pemupukan dasar untuk mendapatkan PH tanah normal (6-7),
- Waktu perendaman benih (larutkan dengan air) dan penyemaian (disemprot) dengan salah satu jenis fungisida berbahan aktif benomyl seperti Agrosid 50 SD, Banlate, Masalgin 50 WP, Benstar 50 WP, Champion 77 WP, Funguran 80 WP.
- Setelah penaburan/penebaran pupuk kandang/kompos seluruh bedengan disemprot dengan salah setu larutan fungisida diatas.
- Perlakuan tanaman adalah pada saat ngecor pupuk (dicampur/diaduk dengan pupuk), penggunaannya dengan salah satu jenis fungsida di atas setiap 5 hari sekali (jadwal pemupukan).
- Tanaman yang terserang dicabut dibuang ketempat yang aman atau di bakar, bekas lubang tanaman di tabur kapur.
• Layu tanaman karena bakteri (Pseudomonas sp.);
Gejala Serangan,
- Daun tanaman seluruhnya layu dimulai dari daun atas terus ke bawah, dan daun muda menjadi coklat tua dan akhirnya mongering serta batang basah membusuk (dari gejala serangan sampai tanaman mati sekitar 2 - 3 hari).
- Bilamana pangkal batang tanaman dipotong melintang akan mengeluarkan lendir putih kental dan lengket.
Penyebab Serangan,
- Pemupukan N terlalu tinggi.
- PH tanah asam.
- Drainase kurang baik.
Pengendalian,
- Pemberian kapur pada saat pemupukan dasar untuk mendapatkan PH tanah normal (6-7).
- Setelah penaburan/penebaran pupuk kandang/kompos seluruh bedengan disemprot dengan salah satu bakterisida seperti Agrept 20 WP, Agrimycine dan bakteristatic seperti Kasumin 5/75 WP, Champion 77 WP dan Funguran 80 WP.
- Waktu perendaman benih (larutkan dalam air) dan penyemaian (semprotkan) dengan salah satu larutan bakterisida di atas.
- Campurkan dengan pupuk pada saat ngecor dengan salah satu jenis bakterisida secara berselang-seling antara bakterida dan bakteristatik di lakukan pada setiap pengecoran (5 hari sekali).
• Layu tanaman karena cendawan busuk pangkal batang (Mycosphaerella melonis)
Gejala Serangan,
- Pangkal batang mula-mula seperti tercelup minyak, kemudian keluar lendir berwarna merah coklat.
- Tanaman tiba-tiba layu dan mati dan disekitar tanah perkaran ditemui benang-benang halus(miselium) berwarna putih.

Pengendalian,
- Tanaman yang terserang dimusnahkan/dibakar
- Kocor tanaman dengan beberapa fungisida, seperti Nordox 56 WP, Champion 77 WP, Funguran 80 WP, Cefka 97 SP, Kasumin 5/75 WP, Cupravit OB 21, Vandozeb 80 WP, Delsen MX 80 WP, Ridomilgold MZ 4/64 WP, Antila 80 WP, Manzate 200.
K e s i m p u l a n.

- Identifikasi dan catat sedini mungkin ketidak normalan pertumbuhan tanaman, apakah gejala tersebut akibat kekurangan/kelebihan nutrisi, hama, penyakit atau perubahan factor lingkungan (cuaca dan sumber air) yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

-  Ambil tindakan secepatnya sesuai dengan sasaran yang sudah teridentifikasi untuk menekan kerusakan tanaman yang lebih besar. .
Sumber:Dinas Pertanian & Kelautan
read more “Pengendalian hama dan penyakit melon”

Kamis, 11 April 2013

Padi s.o.p walik dami

Padi Bagi sebagian petani pemula (seperti penulis) merasa kurang pede untuk memulai belajar budidaya padi di samping pengetahuan yang kurang dan juga hama penyakit yang bermaharajalela menyerang tanaman petani bertubi-tubi mulai dari tikus,penggerek batang,genjor(=asem-asemen),jamur,kepinding tanah,walang sangit,lebih lebih wereng (WBC) yang sentiasa menjadi momok bagi para petani. 
Tapi bagi sebagian yang lainya padi tidaklah sesusah yang di bayangkan sebab apapun budidaya kita kalau di budidayakan secara sehat maka Penyakit / OPT enggan dekat dengan tanaman sehat tersebut. tapi cara membuat tanaman sehat itu rodok ewo brow, butuh memeras otak dan tenaga dan pikiran. oleh sebab itu untuk memudahkan petani pemula koyok aku rek..... maka di sususnlah SOP Standart Operasional Prosedur untuk lebih memudahkan kita menjadawal dan mebentengi tanaman kita dari serangan hama dan penyakit yang di sebut pola tanaman sehat berikut S O P -nya

S.O.P PADI UNTUK MUSIM TANAM WALIK DAMI
PENERAPAN BUDIDAYA TANAMAN SEHAT
KOPEN KABUPATEN LAMONGAN

Umur Perlakuan Keterangan Catatan
-25 Tebar jerami hasil panen lalu tebar lebih awal untuk memudahkan olah tanah
-24 Aplikasi Bioaktivator/TCD/PGPR mempercepat dekomposisi jerami Dosis 5 ltr / ha
-21 Peram Benih seed treatment dg PGPR + TCD konstrasi 10 %
-18 Tebar Benih 25-40 kg untuk satu Ha
-13 PGPR + TCD pada bibit Persemaian umur 5 hari Konsent. 20%
-12 T-KOM pada bibit Persemaian umur 6 hari Konsent.1:15
-10 Pemupukan pada bibit Persemaian umur 8 hari Phonska 30gr / m
-10 BVR di persemaian Persemaian umur 11 hari Konsent.10%
-5 PGPR + T-KOM Persemaian umur 16 hari Konsent.20%
-5 Nraktor Nggaru sak matenge
-4 BVR Pada persemaian
-4 Tebar Kompos di lahan 1.000 - 1.500 kg / Ha
-4 Aplikasi Bioaktivator/TCD/PGPR masing-masing 5 liter / Ha
-1 Pupuk dasar Phonska 100 kg / Ha
-1 Cabut bibit / ndaut Umur 18 - 21 HSS
-1 celup akar bibit dgn PGPR Konsent. 10-20 cc / liter
0 Tanam jarak tnm legowo 20x20x40
atau 25 x25

7 T-KOM Konsent. 15 liter / Ha
10 Pengamatan mingguan
(di lakukan tiap seminggu x1)
mengamati perkembangan tanaman,OPT,musuh alami,air,gulma,dan kondisi cuaca
14 Pemupukan pertama Phonska + urea @ 75kg / ha
15 Teh kompos +BVR Konsent. 15 T-KOM + 5 ltr BVR / Ha
20 Penyiangan / maton lek ono sukete rek
25 PGPR + TCD masing-masing 5 liter / Ha
30 Teh kompos +BVR masing-masing 5 liter / Ha
35 Pemupukan kedua Phonska + urea @ 75kg / ha
40 PGPR + TCD + T-KOM Konsent.5:5 dan 20 ltr
45 BVR + PGPR masing-masing 5 liter / Ha
50 T-KOM ++ Konsent. 5 - 10 liter / Ha
55 T-KOM + TCD Konsent. 20 dan 5 ltr / Ha
60 T-KOM ++ Konsent. 5 - 10 liter / Ha
70 T-KOM ++ Konsent. 5 - 10 liter / Ha

Catatan :            -   T-KOM ++ adalah Teh kompos + air kelapa + daun paitan
                  -  Pengairan di lakukan  secara intermitten dimana pd usia 14 - 20 hari, 35 - 40 hari 

                     harus  dilakukn pengesatan
                  -  S.O.P ini diterapkan dg upaya adaptasi spesifik lokasi
                  -  dan hrus di diskusikan dg petani pd saat penyusunan RDKK
                  -  Perlu upaya penyempunaan sesuai perkembangang agroekosistem di

                     masing-masing wilayah
Semoga bermanfaat
read more “Padi s.o.p walik dami”

Kamis, 04 April 2013

melon apollo SOP

Golden Melon.........
Buah yang amat di minati orang golongan elite kini. Mampu di Budidayakan di daerah kopen Laren Lamongan karna peng-RAMUTAN-nya tergolong teramat-amat sulit sampai-sampai kawan-seperjunganku yang pernah merasakan kegagalan beberapa kali seperti Cak Kis dkk. mengalami kerugian kisaran Satu Milyard Rupiah ha ha ha..........
Hingga di temukanlah rumusan / Formulasi oleh pengajar kami Khamim Asy'ari berikut paparan SOP golden melon Apollo  2013        


GOLDEN MELON STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 
SECARA PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT)
DI BUAT UNTUK UKURAN PER 1.000 TANAMAN

HST Perlakuan Keterangan Catatan
-10Pengisian kompos minimal 2-ons per-lubangpada lubang tanam
-10Penyiraman TCD dan PGPRdosis @ minimal 2 ltrpada lubang tanam
-9Pemupukan dasarSP 36:40 Kg + Mutiara : 30 kgpada lubang pupuk
-6Semai benihSiram dg TCD dn PGPR sebelum tanam
0TANAMUmur bibit 5 -6 hari
6Kocoran 1Mutiara 1 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 1
9Kocoran 2Mutiara 1 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 2
10Aplikasi. TCD + PGPR + T-posdosis @ minimal 2 ltrpangkal batang
12Kocoran 3Mutiara 2 : 2 Nitraborpada lubang pupuk 1
15 Wiwil 1 dstketika panjang msh 2 - 3 cm
15Kocoran 4Mutiara 2 : 2 Nitraborpada lubang pupuk 2
18Kocoran 5Mutiara 2 : 2 Nitraborpada lubang pupuk 1
20Aplikasi. TCD + PGPR + T-posdosis @ minimal 2 ltrpangkal batang
21Kocoran 6Mutiara 2 : 2 Nitrabor    pada lubang pupuk 2
24Kocoran 7 Mutiara 5 : 1 Nitrabor    pada lubang pupuk 1
25Seleksi cabang calon Buah

27Kocoran 8Mutiara 6 : 1 Nitrabor    pada lubang pupuk 2
30Penyirman TCD dan PGPR teh komposDosis minimal @ 2 literPada pangkal batang
30Kocoran 9Mutiara 6 : 1 Nitrabor    pada lubang pupuk 1
32Seleksi Buah pilih buah sehat lonjong dan berbuluh lebat

33Kocoran10Mutiara 6 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 2
35Pemasangan Fruit CoverSekaligus penggantungan buah
36Kocoran 11Mutiara 6 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 1
39kocoran 12Mutiara 3,5 : 3,5 Nitraborpada lubang pupuk 2
40Penyirman TCD dan PGPR teh komposDosis minimal @ 2 liter
42Kocoran 13Mutiara 3,5 : 3,5 Nitraborpada lubang pupuk 1
45kocoran 14Mutiara 3,5 : 3,5 Nitraborpada lubang pupuk 2
48Kocoran 15Mutiara 3,5 : 3,5 Nitraborpada lubang pupuk 1
51Kocoran 16Mutiara 6 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 2
54Kocoran 17 terakhirMutiara 6 : 1 Nitraborpada lubang pupuk 1
60P A N E NP A N E NP A N E N
C a t a t a n : * Aplikasi nutrisi tambahan di mulai umur 10HST dan di ulang setiap 4 - 5 hari
                      * Pengairan di lakukan sesuAi kebutuhan, pada saat pembesaran buah jangan sampai kekurangan air


Semoga bermanfa'at

read more “melon apollo SOP ”
Templateby :kendhin www.kopenkudamai.blogspot.com