Senin, 26 November 2012

Formulasi pestisida

Pengaplikasian pestisida di lapangan erat kaitannyua dengan bentuk formulasi dari pestisida yang digunaka tersebut. Formulasi adalah campuran antara bahan aktif dan bahan tambahan tertentu agar pestisida dapat efektif, efisien dan ekonomis. Karena itu dalam perdagangan pestisida bahan aktif diformulasikan terlebih dahulu dengan dicampur bahan-bahan pembantu, misalnya solvent (bahan pelarut) emulsifier (bahan pembuat emulsi), diluent (bahan pembasah dan pengencer) carrier (bahan pembawa) dan kadang-kadang synergist (bahan untuk meningkatkan efektifitas pestisida).

Bentuk-bentuk formulasi pada pestisida antara lain:
Bentuk Cair

1. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate)
Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktifd yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emilsi (butiran denda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.

2. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC)
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.

3.Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC)
pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot.

4.Soluble (SL)
Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.

5.Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW)
Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.

6.Ultra Low Volume (ULV)
Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.

Sediaan Padat

1.Wettable Powder (WP)
Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan dingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.

2.Soluble powder (S atau SP)
Formulasi bentuk tepung yang bia dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakand enga cara disemprotkan.

3.Butiran (G)
Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.

4.Water Dipersible Granule (WG atau WDG)
WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan.

5.Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST)
Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih

6.Tepung Hembus atau Dust (D)
Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.

Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB)
umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.

Dalam pemilihan bentuk formuasi pestisida harus disesuaikan dengan lahan atau bagian yang akan kita aplikasikan. Jika kita akan mengaplikasikan pestisida langsung pada lahan pertanian kita dapat menggunakan formulasi EC  atau SCW yang diaplikasikan dengan dilarutkan didalam air dengan dosis dan volume semprot tertentu. Namun jika kita ingin mengaplikasikan pestisida pada benih atau hasil panen agar tidak terkena serangan hama dan penyakit kita dapat menggunakan formulasi SD atau DT.

Templateby :kendhin www.kopenkudamai.blogspot.com