Jumat, 04 Oktober 2013

Efek Samping Fungisida Golongan Azol / Azole

Hanya ingin berbagi. Sejak tahun 2000-an penggunaan fungisida golongan azol, seperti score, anvile, topcore, folicur, opus, danvil, booster dan lain sebagainya mulai memasuki tanaman padi. Hal ini dipelopori oleh PT Sygenta yang mulai memperkenalkan Score 250 ec untuk mengendalikan berbagai penyakit pada tanaman padi (hawar pelepah helmintosporium, bercak daun cercospora dan bercak daun alternaria). Sejak itulah fungisida golongan azol yang tadinya diperuntukkan hanya untuk tanaman hortikultura akhirnya petani secara umum menggunakannya untuk mengendalikan penyakit pada tanaman padi. 

Sebenarnya fenomena penggunaan fungisida azol pada tanaman padi oleh petani bukan didasari oleh keinginan mengendalikan penyakit di pertanaman padi mereka. Para petani tertarik menggunakan fungisida ini karena efek samping yang ditimbulkan oleh fungisida azol ini. Biasanya setelah aplikasi fungisida azol dua kali yaitu saat tanaman padi berumur kurang lebih 45 hst dan 65 hst tanaman padi akan terlihat menguning (daun, pelepah, daun bendera dan bulir padinya). Hal inilah yang menjadi daya tarik oleh petani sehingga mereka menyebut fungisida ini sebagai booster padi (booster=alat yang biasa di untuk menjernihkan gambar pada TV).

Semenjak animo petani terbentuk untuk menggunakan fungisida azol pada tanaman padi maka berbondong-bondong perusahaan pestisida lain mengikuti langkah-langkah PT Sygenta ini. Perusahaan yang mengikutinya antara lain PT Bayer Cropscience (Folicur 25 WP[Tebuconazole], Folicur 250 EC[Tebuconazole], Bayleton 250 EC[Triadimefon]), Nufarm (Booster), Indagro (Top core), BASF (Opus), Dalzon (danvil) dll. Mereka berjuang memperebutkan pasar fungisida azol di tanaman padi.

Dari semua perusahaan tersebut semua mengunggulkan produknya masing-masing. Mereka mengeklaim kalo produknyalah yang paling mampu meningkatkan produksi paling tinggi untuk tanaman padi mereka. Yach namannya jualan obat, he he......

Kali ini yang akan saya bahas adalah bukan sejarah perkembangan fungisida azol melainkan efek samping fungisida tersebut pada pertumbuhan tanaman. Fungsi utama penggunaan fungisida azol pada tanaman adalah untuk mengendalikan penyakit pada tanaman tersebut. Namun tidak dapat dipungkiri dari beberapa kali pengamatan lapangan hasil demplot beberapa produk fungisida azol tersebut ada semacam efek samping yang ditimbulkan pada pertumbuhannya. Yaitu bahwa fungisida golongan azol ini mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan vegetatif tanaman dan akan mempercepat proses pertumbuhan generatif. Kesimpulan ini bisa saya ambil dari beberapa fenomena lapangan:

    Ketika Fungisida azol ini kita aplikasikan pada tanaman padi, padi akan mengeras batangnya, daun menguning termasuk daun bendera dan bulir juga cepat menguning.
    Ketika kita aplikasikan pada tanaman semangka muda (umur kurang lebih 1 minggu) tanaman akan berhenti tumbuh, daun kaku bahkan daun pucuk mengering.
    Jika kita aplikasikan pada tanaman kacang panjang atau mentimun saat awal pembungaan keluarnya bunga tanaman ini juga akan terpacu dan lebih serempak.

Karena fungisida ini mempunyai efek samping penghambatan fase pertumbuhan vegetatif tanaman dan merangsang pertumbuhan generatif tanaman maka sangat disarankan supaya tidak sembarangan mengaplikasi fungisida azol ini. Disarankan dalam mengaplikasikan fungisida azol ini sebaiknya menunggu saat tanaman memasuki pertumbuhan generatif (mulai berbunga).

Berdasarkan dari golongannya, Fungisida golongan Azole ada banyak bahan aktif :

1.    1,2,4-triazole
2.    1,2,4-Triazole-1-yl- acetic acid
3.    1-(2-(2-Chlorobenzyl)-2-hydroxy-3,3-dimethylbutyl)-1,2,4-triazole
4.    1-(4-phenyl phenoxy)-1-(1,2,4-triazole-1)-3,3-dimethyl butane-2-ol
5.    1-H-1,2,4-triazole-1-yl-acetic acid hydrochloride
6.    2-(2'-hydroxy-5-methyl phenyl)-benzotriazole
7.    4-(4-Chloro-2-cyano-1H-imidazol-5-yl)benzoic acid
8.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carbonitrile
9.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carboxamide (A metabolite of
10.    4-Chloro-5-(4-methylphenyl)-1H-imidazole-2-carboxylic acid
11.    Azaconazole
12.    Banrot (Terrazole with Thiophanate-methyl)
13.    Bitertanol
14.    Bromuconazole
15.    Bromuconazole 46
16.    Bromuconazole 47
17.    Cyazofamid
18.    Cyproconazole
19.    Difenoconazole --yang digunakan oleh Syngeta pada merek dagangnya Score 250 EC
20.    Diniconazole
21.    Econazole
22.    Econazole nitrate
23.    Etaconazole
24.    Fenapanil
25.    Fenbuconazole
26.    Fluotrimazole
27.    Fluquinconazole
28.    Flusilazole
29.    Flutriafol
30.    Furconazole
31.    Furconazole-cis
32.    Hexaconazole
33.    Imazalil
34.    Imazalil sulfate
35.    Imibenconazole
36.    Ipconazole
37.    Metconazole
38.    Metronidazole
39.    Myclobutanil
40.    Paclobutrazol
41.    Pefurazoate
42.    Penconazole
43.    Prochloraz
44.    Prochloraz - manganese complex (4:1)
45.    Prochloraz copper chloride complex
46.    Prochloraz zinc complex
47.    Propiconazole
48.    Propiconazole I
49.    Propiconazole II
50.    Prothioconazole
51.    R 23 979 Imazalil base
52.    Tebuconazole yang digunakan oleh Bayer Crop Science pada merek dagangnya Folicur 25 WP & Folicur 250 EC. Cara kerja Tebuconazole adalah dengan cara memblokir jalan untuk sintesis sterol. Hasil dari interfensi pada fungsi lapisan ini secara pasti akan menyebabkan kematian untuk jamur berbahaya.
53.    Terrazole
54.    Tetraconazole
55.    Thiadiazole copper
http://www.pesticideinfo.org/ChemGifs/PC34548.gifMaksud dan tujuan penulisan artikel ini bukan lain hanyalah supaya petani lebih hati-hati dan lebih bijaksana dalam penggunaan fungisida golongan azol pada tanaman mereka. Dan akhir kata semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Cak : _____________________________

Templateby :kendhin www.kopenkudamai.blogspot.com